HASIL OBSERVASI
MATA KULIAH PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
DI
PASAR BABADAN UNGARAN
DI SUSUN OLEH :
1.
DWIKA
TUNJUNG M (1201415043)
2.
ALFI SA’ADAH (1201415059)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. KHOMSUN NURHALIM, M.Pd.
PENDIDIKAN NON FORMAL
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KIOS TEMBAKAU “TINGWE”
A. Seputar Pertanyaan
1. Nama Penjual ?
2. Alamat Penjual ?
3. Pendapatan per hari?
4. Jumlah tanggungan keluarga?
5. Rintisan usaha dari awal hingga sekarang?
6. Suka duka atau hambatan yang dialaminya ?
B. Hasil observasi
Narasumber : Ibu Ngatmini
Ibu Ngatmini berasal dari boyolali, namun
sekarang menetap di RT 04/ RW 3 Langensari Timur, Ungaran, Semarang. Beliau berprofesi
sebagai pedagang di Pasar Babadan Ungaran yang menjual Perlengkapan rokok
tradisional seperti : tembakau, kapur sirih, kertas rokok, gambir, daun sirih
dan cengkeh.
Pendapatan yang bisa beliau dapatkan perhari
kurang lebih Rp 1.500.000 – Rp2.500.000,-. Dengan memiliki 2 tanggungan anak
yang masih sekolah dan seorang suami yang memerlukan biaya untuk berobat setiap
bulannya.
Usaha Ibu Ngatmini merupakan usaha turun temurun
yang di wariskan oleh Neneknya. Dahulu ketika belum banyak pabrik - pabrik
rokok ataupun home industry rokok berdiri, orang lebih suka untuk tingwe atau
“nglinting dhewe” yang sebenarnya jauh lebih sehat daripada rokok dari pabrik
sekarang. Menurut Ibu Ngatmini kualitas tembakau yang digunakannya lebih baik
dari pada tembakau yang di pakai oleh pabrik- pabrik rokok. Karena tembakau
yang baik sebelum di gunakan sebaiknya disimpan terlebih dahulu selama 4 bulan
sampai 1 tahun sebelum di pakai.
Karena banyaknya rokok yang di jual murah saat
ini membuat omset Ibu Ngatmini menurun. Kebanyakan orang berfikir lebih praktis
membeli rokok yang murah daripada tingwe.
Ibu Ngatmini mengambil tembakau pilihan yang di
supplay dari Banyuwangi, Karangawen, dan Solo
Penjual
DOKUMENTASI
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar yang Membangun sangat diharapkan